Dakwah Nabi Muhammad SAW Pada Periode Mekah

Hasil gambar untuk tulisan bismillahirrahmanirrahim
Dakwah Nabi Muhammad SAW Pada Periode Mekah 

Berbicara tentang Nabi Muhammad saw tidak terlalu mengalami kesulitan dalam hal sumber karena adanya al-Quran dan hadis. Al-Quran merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, setiap turunnya ayat, Nabi memerintahkan untuk ditulis. Kemurnian al-Quran terjaga juga tidak terlepas dari peranan sahabat (Abu Bakar, Umar bin Khattab dll.), untuk dibukukan dalam sebuah mushaf, disempurnakan lagi pada masa Utsman bin Affan dengan nama mushaf utsmani. Adapun hadis merupakan perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi terhadap perbuatan sahabat. Jadi, hadis merupakan sumber kedua untuk mengetahui kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw lahir di Mekah tahun 571 Masehi. Beliau keturunan keluarga bangsawan Arab, yaitu Bani Hasyim dari suku quraisy, suku yang dipercayai memelihara Ka‟bah yang dibangun Nabi Ibrahim dan anaknya (Ismail). Ayah nabi bernama Abdullah, adalah anak bungsu dari Abdul Muthalib. Abdullah meninggal dunia sebelum anaknya lahir. Sedang ibu nabi (Aminah) meninggal enam tahun kemudian.

Memasuki usia yang keempat puluh, di saat dia berdiam diri di gua Hira, tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama (QS. 96: 1-5): Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu Maha Mulia. Dia telah mengajar dengan qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui. Inilah ayat-ayat al-Quran Karim yang mula-mula diturunkan, ayatnya belum memerintahkan Nabi Muhammad menyeru manusia kepada suatu agama, dan belum pula memberitahukan kepadanya bahwa Nabi adalah utusan  Allah. Akan tetapi ayat-ayat itu mengesankan sesuatu yang luar biasa, yang belum diketahui oleh Nabi Muhammad. Itulah sebabnya maka ia segera kembali ke rumahnya dalam keadaan gemetar, apalagi ia dipeluk dengan keras oleh Jibril beberapa kali, kemudian dilepaskan dan disuruhnya membaca, seperti disebutkan di atas. Setelah turunnya wahyu yang pertama ini, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut: hai orang yang berselimut, bangun, dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah (AlMuddatsir: 1-7). Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah saw melakukan dakwah Islam. Langkah pertama yang dilakukan adalah berdakwah secara diam-diam di lingkungan keluarga terdekat dan di kalangan rekan-rekannya. Hal ini dapat dilihat dari firman Allah SWT
dalam Surah Asy-Syu‟ara ayat 214:”dan berilah peringatan kepada kerabatkerabatmu (Muhammad) yang terdekat”. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya, di antaranya: Khadijah (isteri), Ali bin Abi Thalib (sepupu), Abu Bakar (sahabat), Zaid ( budak yang diangkat anak), Ummu Aiman (pengasuh). Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah dan al-Arqam bin Abi al-Arqam.

Selama tiga tahun pertama sejak diutusnya Nabi Muhammad saw dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi, selanjutnya dakwah dilakukan dengan terang-terangan secara lisan, misalnya memberi nasehat, memberi peringatan dsb.  Hal ini dituturkan dalam QS. Al-Hijr ayat 94: “maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik”. Sejak turunnya ayat ini, nabi mulai menyampaikan dakwah secara terbuka, sebuah langkah pertama untuk memasukkan gagasan agama ke dalam aktualisasi social dan kehidupan politik. Satu hal yang sangat penting adalah bahwasanya kelompok pengikutnya yang  pertama adalah kalangan migran, kalangan miskin, warga kalan yang lemah, dan anak-anak dari kalangan klan kuat (Ali bin Abi Thalib), dimana mereka merupakan kalangan yang paling kecewa terhadap pergeseran moral dan social di Mekah, dan mereka membuktikan pesan - pesan Nabi Muhammad saw sebagai sebuah alternative yang vital.

Adapun metode yang dilakukan nabi dalam dakwah secara terangterangan adalah: pertama, mengundang Bani Abdul Muttalib ke rumahnya dan menjelaskan bahwa dia telah diutus oleh Allah , mendengar penjelasan nabi, Abu Lahab marah sambil berkata: ”celakalah engkau! Apa untuk inikah kami engkau panggil?” . Hal inilah yang melatarbelakangi turunnya Surah Al-  Lahab. Kedua, undangan terbuka kepada seluruh masyarakat quraisy di bukit Shafa. Nabi ingin melihat bagaimana pandangan masyarakat quraisy terhadap kepribadian beliau. Masyarakat quraisy sepakat bahwa beliau adalah orang yang tak pernah berdusta. Setelah itu beliau mengumumkan kenabiannya. Ketiga, Muhammad saw memproklamirkan keEsa-an Tuhan dan mengajarkan kesatuan dan persamaan antara manusia. Keempat, nabi mengadakan pertemuan khusus dengan orang-orang yang percaya kepada beliau untuk aktivitas pembacaan (tilawah), pengajaran (ta‟lim), dan pensucian (tazkiyah), di rumah Arqam bin Abil Arqam, dan merupakan sekolah Islam yang pertama. Kelima, beberapa pengikut nabi meninggalkan Mekah dan mencari perlindungan atau mengungsi ke Ethiopia, sebuah negeri di seberang Laut Merah.

Setelah dakwah secara terang - terangan, pemimpin quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambah jumlah pengikut nabi, semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum quraisy. Salah satu dari perusahaan orang Arab zaman dahulu, ialah memahat patung yang menggambarkan al-Lata, alUzza, Manah dan Hubal. Patung-patung itu mereka jual kepada Jemaah-jemaah haji.

Kaum quraisy selalu berusaha untuk menumpas dan menindas agama Islam dengan menempuh jalan apa saja, salah satunya dengan memboikot Bani Hasyim. Isi piagam pemboikotan tersebut antara lain: mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan Bani Hasyim seperti pernikahan, silaturrahmi dan jual beli.

Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad SAW
Selama tahun-tahun pertama masa kenabian, Nabi Muhammad saw mendapatkan sejumlah pengikut, mula - mula dari anggota keluarganya sendiri,dan kemudian dari lingkungan masyarakat yang agak luas. Lambat laun, gagasan-gagasan baru dan tindakantindakan baru yang mereka lakukan itu menimbulkan kecurigaan dan mendapat perlawanan dari kalangan keluarga yang terkemuka di Mekah. Mereka memandang Nabi Muhammad saw dan ajaran yang disebarkannya sebagai ancaman terhadap kedudukan mereka sendiri. Kaum quraisy melakukan tekanan-tekanan, dan bahkan penyiksaan terhadap beberapa pengikut nabi yang baru masuk Islam. Hal inilah yang membuat nabi melakukan beberapa strategi, di antaranya: 

1. Hijrah ke Habsyi 
Pada tahun 615, tanda-tanda kongkrit bahwa Nabi Muhammad akan menjadi pimpinan komunitas baru berdasarkan ajarannya, dan terlepas dari komunitas Mekah lainnya. Bulan ketujuh tahun kelima kenabian berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4 wanita. Kemudian rombongan berikut menyusul hingga jumlah yang hijrah ke Habsyi mencapai  70 orang. Di antaranya adalah Utsman bin Affan dan istrerinya (Ruqayyah puteri Nabi Muhammad saw), Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Ja‟far bin Abi Thalib, dan lain-lain. Mereka melakukan hijrah untuk mengamankan 
agama yang baru mereka anut, bahkan bersedia melepaskan keluarga dalam rangka membentuk kehidupan bersama di sebuah negeri asing. Ikatan keagamaan ini lebih kuat daripada ikatan darah. Dengan cara demikian, agama baru tersebut mengancam tata kemasyarakatan yang lama sekaligus menggantinya dengan tata kemasyarakatan yang baru.

Kedatangan orang-orang Islam di Habsyi disambut dengan baik oleh Raja Nejus. Bahkan ia memberikan perlindungan dan diizinkan untuk melaksanakan ibadah Islam. Dia juga menolak permintaan suku quraisy supaya mengembalikan orang-orang mukmin ke Mekah. 

Di saat pengikut nabi hijrah ke Habsyi, dia tetap berada di Mekah untuk berdakwah. Dia mendapat perlindungan dari Bani Hasyim. Bahkan dua orang tokoh quraisy masuk ke dalam Islam yakni Hamzah bin Abdul Muttalib dan Umar bin Khattab. 

Masuknya Umar ke dalam Islam, dimana awalnya dia adalah musuh Islam yang sangat kuat. Diceritakan bahwa sewaktu Umar akan pergi mencari Nabi untuk membunuhnya. Di tengah jalan dia berjumpa dengan Naim bin Abdullah dan menanyakan tujuan kepergian Umar. Umar lalu menceritakan tentang  keputusannya membunuh nabi. Dengan mengejek Naim mengatakan agar Umar lebih baik memperbaiki urusan rumah tangganya lebih dahulu. Seketika itu juga Umar kembali ke rumah dan mendapati iparnya sedang asyik membaca al-Quran. Umar marah dan memukul sang ipar dengan ganas. Kejadian itu tidak membuat ipar dan adiknya  meninggalkan Islam. Sehingga Umar meminta dibacakan kembali al-Quran tersebut. Kandungan arti dan alunan ayat-ayat Kitabullah ternyata membuat Umar begitu terpesona, sehingga ia bergegas ke rumah nabi dan langsung memeluk agama Islam. 

2. Pergi Ke Thaif 
Tahun kesepuluh kenabian dikenal dengan tahun duka bagi Nabi Muhammad saw, sebab 2 orang yang sangat dicintainya telah meninggal dunia, yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib. Kedua orang ini adalah pembela dan pelindung yang sangat tabah, kuat dan disegani masyarakat Mekah. Dengan meninggalnya Siti Khadijah dan Abu Thalib, orang-orang kafir quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad saw, karena penderitaan yang dialami Nabi Muhammad saw semakin hebat, maka ia berencana memperluas wilayah  dakwahnya di luar Mekah,seperti ke Thaif. Beliau melakukan perjalanan ke Thaif ditemani  oleh Zaid bin Haritsah. Kepergiannya  ke Thaif untuk menyebarkan Islam kepada pembesar-  pembesar dan kepala-kepala suku di tempat tersebut. 

Nabi berharap dakwahnya diterima masyarakat Thaif, akan tetapi, harapan tersebut tidak menjadi kenyataan, bahkan beliau diusir dan dihina dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Beliau diusir dan dilempari batu oleh para pemuda Kota Thaif. Mereka tidak mau mengambil resiko, karena mereka pasti akan mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari masyarakat Mekah bila menerima Islam sebagai agama baru mereka. Para pembesar Kota Thaif menganggap Muhammad adalah orang gila yang terusir dari Mekah, berdasarkan informasi yang mereka terima dari Abu Jahal, bahwa apa yang diajarkan Muhammad adalah kebohongan  besar  yang akan menyesatkan bangsa  Arab. 

3. Perjanjian Aqabah 
Perjanjian Aqabah di awali dengan dakwah yang dilakukan Nabi terhadap orang-orang Yastrib yang datang ke Mekah pada musim haji. Sebagian mereka menerima seruan Nabi masuk ke dalam Islam. Peristiwa ini merupakan titik terang dalam perjalanan dakwah nabi, karena penerimaan masyarakat Yastrib terhadap misi yang disampaikannya  membuka lembaran baru dalam usaha beliau menyampaikan ajaran Islam. 

Akhirnya terjadilah perjanjian Aqabah I pada tahun 621 dan setahun kemudian  diadakan perjanjian Aqabah II. Isi perjanjian tersebut, mereka mengundang nabi dan para pengikutnya datang dan tinggal di kota mereka, dan bahkan menjadikan nabi sebagai penengah dan juru damai dalam pertikaian-pertikaian yang terjadi di antara mereka. Mereka juga menyatakan kesanggupan membela nabi dan para pengikutnya dan menyertai beliau pindah dari Mekah ke kota mereka, sebagaimana halnya mereka membela warga mereka sendiri. 

Dari perjanjian ini, nabi mengirimkan kira-kira 60 keluarga ke Yastrib terlebih dahulu, kemudian nabi menyusul mereka ke Yastrib. Kepindahan nabi dan para pengikutnya dari Kota Mekah ke Yastrib, dalam bahasa Arab dikenal hijrah, yang secara harfiah berarti migrasi atau berpindah, peristiwa ini sangat menentukan sejarah kerasulan Muhammad, bahkan penanggalan hijriah diambil dari peristiwa ini. Kota Yastrib menjadi pusat keagamaan dan komunitas  muslim, nama Yastrib berubah menjadi al-madinah yang berarti kota. Komunitas muslim disebut ummat yang berarti masyarakat. 

Di Mekah Muhammad merupakan pribadi biasa yang berjuang melawan ketidakacuhan atau ketidakpedulian yang ada di lingkungannya, dan kemudian juga melawan sikap permusuhan dari golongan yang berkuasa. Masyarakat Mekah pada waktu itu terbagi atas dua bagian besar, golongan merdeka dan golongan budak belian (al-hurr wal-abd). Dalam hal kekayaan, mereka terbagi dua, orang kaya dan orang miskin (al-aghniya wal-fuqara). Dalam kekuatan politik, mereka hanya mengenal yang kuat dan yang lemah (al-mala wal-dhu‟afa). Status social sedemikian pentingnya, sehingga budak belian bukan saja tak dianggap sebagai manusia, melainkan diperjualbelikan seperti binatang, sehingga melahirkan bayi wanita dianggap aib yang luarbiasa. Dilukiskan di dalam al-Qur'an: “ingatlah ketika anak perempuan itu ditanya dosa apa (yang mereka lakukan, sehingga) mereka dibunuh?” (QS. 81: 8-9).

sumber : https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/75/69

Comments

Popular posts from this blog

99 Asmaul Husna-Latin-Arab-Indonesia-Inggris

Penerapan Keimanan kepada Malaikat dalam Kehidupan Sehari-hari